Dulu saya pernah menulis di blog lama tentang tidak ada orang di dunia ini yang dilahirkan bodoh. (menjadi) Pintar dan bodoh adalah konsekuensi dari apa yang dilakukan. Kalau mau jadi pintar ya belajar. Kalau tidak pintar berarti kurang belajar. Namun, persoalannya, pintar dan bodoh bukan melulu tentang intelektualitas atau pengetahuan.
Kemarin saya merasa menjadi orang paling bodoh sedunia. Sebabnya? Tidak ada yang istimewa. Hanya beberapa menit konsultasi dengan dosen, susunan pertanyaan yang ingin ditanyakan dan tidak sukses tersampaikan dengan baik, dan berbuah pertanyaan yang kurang terjawab, dan pulang dengan setumpuk hal yang harus dikerjakan, tapi nggak tahu harus mulai darimana.
Saya jadi ingat ketika dulu duduk di lobby kampus, dan bertemu seorang teman yang terlihat seperti jiwanya habis disedot Dementor. Dia bilang, selalu seperti itu setiap kali selesai konsultasi. Kemarin, adalah yang pertama buat saya, meski itu bukan pertama kalinya saya konsultasi.
Saya selalu meyakini bahwa setiap hal pasti akan ada jalannya, dan semua pasti akan baik-baik saja. Mungkin susah, tapi pasti semua toh akan ada akhirnya. Setidaknya ini yang saya yakini meski sudah berkali-kali ganti judul penelitian.
Namun, tidak hari itu. Sejak keluar dari cubicle dosen, rasanya seperti jadi manusia paling bodoh. Bodoh karena terpikir kenapa sih saya nggak bisa-bisa menyelesaikan ini? Kenapa sih saya nggak ada semangat yang luar biasa hebat untuk mengejar sesuatu yang ingin dicapai ini? Nggak ada semangat-semangatnya. Setiap hari lembur sampai pagi hari tapi merasa nggak ada pencapaian yang signifikan.
Saya yakin sih ini pasti nggak ada apa-apanya dibanding dengan persoalan lebih besar yang mungkin saja akan saya hadapi ke depannya. Hidup memang tentang menjalani berbagai persoalan kan? Jika dulu pernah susah tidur berhari-hari karena tidak tenang menunggu pengumuman SNMPTN, stres mengerjakan berbagai proyek besar tugas kuliah, stres mencari tempat magang berbulan-bulan, dan semua persoalan tersebut selesai dan patut disyukuri, maka tidak ada salahnya juga menaruh keyakinan pada satu hal ini bukan? Biar semangat tercecer entah dimana, setidaknya, apa yang harus dijalani memang harus dijalani kan? Apa yang dimulai harus diselesaikan.
Mungkin kemarin itu, saya hanya kurang tidur. Makanya merasa jadi manusia paling bodoh karena nggak bisa mikir. Sejujurnya, kemarin ke kampus belum tidur dari semalam. Karena tidak bisa tidur, dan tau-tau sudah pagi, saya memutuskan untuk bikin kopi, sarapan dan mandi karena janjian dengan dosen jam 9 pagi. Sesampainya di kampus, dosen nggak ada. Saya jadi mikir apa kemarin saya salah dengar, seingat saya dosen bilang “mulai jam 9 ya”, tapi setelah saya tanya dua orang teman lain mereka bilang dosen baru bisa ditemui jam 12. Alhasil, saya pun ke kos Dora untuk sejenak tidur.
Kelar konsultasi pun kacamata tertinggal di meja dosen, dan nggak ingat hingga saat berjalan ke parkiran merasakan ada yang janggal ; nggak bisa melihat dengan jelas. Cek tas, kacamata nggak ada, lalu balik lagi ke cubicle dosen. Benar, kacamata tertinggal. Bodohnya..
Rencana nonton kelar konsultasi pun gagal karena ternyata film Indonesia cepat sekali turunnya dari bioskop. Kemarin sabtu masih ada dua jadwal pemutaran, kemarin sudah tinggal satu doang itupun malam. Sampai rumah benar-benar langsung tepar dan bangun-bangun uring-uringan. Untung hadir si eskrim penyelamat.