Setelah emosi jungkir balik karena batal jalan-jalan ke Jogja-Solo bersama Kopi Ayu tahun lalu dan batal ke Solo bersama Dora abis liburan semester 4 karena tiba-tiba aku kena penyakit rak mutu tapi menyulitkan (padahal udah woro-woro ke Rena sok-sokan ngajakin kalau dia mau ikut). Akhirnya, libur Idul Adha tahun ini aku ke SOLO! tanpa rencana matang, hanya modal spontanitas, tanggal merah, dan nekat (serta duit yang harusnya ditabung).
Berawa dari chat bersama Dora di Line seperti biasa,
Dora :
Aku bangun-bangun kosan udah sepi,. Anak pulau Jawa udah pada balik 🙁
Tadi ibu kantin nanya “mbak dora ga pergi kemana-mana? Ke Jogja gitu?” dan cuma bisa jawab “saya cinta Semarang bu. Keliling Semarang aja..” *sambil nahan perih*
VJ:
dan ibunya jawab apa ? Sesungguhnya beberapa hari yang lalu aku kepikiran panjangnya “weekend” minggu ini dan rencana kita yang dulu bingung nyari hari … (mengingat rencana kopi ayu yg nyari long weekend buat ke Jogja tapi gagal)
Dora:
Lah kan kamu mau lebaran~
Solo yuk berangkat minggu pagi pulang senin sore hahaha
Berasa mau ke CL~
VJ:
That’s it.
Cuma itu “rencana” kami buat memulai trip ke Solo. Percakapan selanjutnya kami cuma ngomongin berangkat jam berapa, hotel di daerah mana, naik bis apa.
Percakapan dilakukan Jumat Malam, dan kami berangkat Minggu Pagi.
Masalah perizinan orang tua?
Aku jawab dengan naik-naikin alis dan senyum penuh arti~
Sabtu malam packing. Minggu pagi jam 7 kurang, aku berangkat dari rumah. Seperti biasa diantar bapak sampai tempat bis dan kembali mengenang masa-masa naik bis. Dengan bawa satu backpack, dan satu tas jinjing tempat minum, aku masih kayak nggak percaya ini aku naik bis nggak cuma berhenti sampai Patung Kuda, tapi bakal lanjut naik bis Semarang-Solo dari Sukun,
b-e-r-d-u-a.
Aku dan Dora janjian di Patung Kuda. Ternyata bis yang aku naikin jalannya cepet banget, sementara Dora lumayan susah dapet angkot di hari Sabtu. Lama aku nunggu di depan toko di dekat Gerbang Patung Kuda; sendiri, duduk, liat mobil lalu lalang..
Namun, ketika aku udah dapet tempat duduk, Dora tak kunjung naik, kan aku khawatir kalau sampai dia ketinggalan aku sampai Solo sendirian. Untungnya, Dora cuma terhambat oleh orang-orang lain, dan berhasil masuk.
Yang “nggak lancar” sih sebenarnya malah kondisi tubuh aku; semacam mabok darat. Tapi karena aku males muntah, ya sudah aku tahan sampai terminal Tirtonadi. (Nggak tau nih, makin tua aku suka parno menghadapi perjalanan panjang. Ngebayangin duduk di bis siang hari, badan dingin kena AC, tapi sinar matahari terik, ditambah riuhnya orang di dalam bis, bikin mual dan pusing-pusing, bahkan sebelum perjalanan dimulai)
Perjalanan Semarang-Solo makan waktu sekitar 3 jam-an. Jam 11.30 kami sampai di Terminal Tirtonadi. dan seturunnya dari bis, aku semacam masih percaya nggak percaya. Sambil kebelet pipis dan kebelet muntah, masih sempet linglung beberapa saat,
Aku maksudnya, bukan kami berdua.
Ada kejadian kampret sih pas di toilet ini. Masa iya, aku baru buka kunci pintu, belum melangkah keluar, eh ada ibu-ibu yang saking kebeletnya mungkin, langsung nerobos masuk. Sial.
Sekeluarnya dari toilet, kami mau cari tau kalau pintu keluar terminal dimana. Dan sesungguhnya sejak kami cari-cari toilet, kami diikutin terus sama tukang becak yang nyari penumpang gitu. Si bapak ini ngarah-ngarahin kami, bujuk-bujuk, nawain-nawarin. Setelah kami bisa ketemu pintu keluar, kami nanya ke salah seorang petugas di terminal itu,
“kalau mau ke Jl. Slamet Riyadi naik apa ?”
“emang mau kemananya?”
“cari hotel sih pak, disekitaran jalan itu”
“hotel kota ?” *diiyain aja, mikirnya hotel di daerah kota, ternyata memang hotelnya namanya Hotel Kota*
“ya naik becak mbak, nggak ada angkot lewat sana. ada tapi pindah-pindah, malah susah. mending sama bapaknya aja itu naik becak”
Dengan prinsip “yowis meh piye meneh” , akhirnya kami negosiasi sama si tukang becak berapa harganya dan kami kena 25ribu.
Ternyata becaknya kecil…
Duduknya pun jadinya maju mundur.