Bad Genius merupakan film Thailand yang berkisah tentang seorang siswa SMA pintar bernama Lynn (Chutimon Chuengcharoensukying) yang melakukan kecurangan saat ujian hingga melakukan kejahatan bertaraf internasional.

Film Bad Genius bercerita tentang seorang anak SMA jenius yang melakukan kecurangan saat ujian untuk “membantu” temannya. Lynn, nama gadis ini. Ia sangat pintar hingga mendapatkan beasiswa di sekolah bagus di Thailand, yang bisa memberikan kesempatan siswanya melanjutkan kuliah di universitas luar negeri.
Kecurangan Pertama
Pada hari pemotretan untuk kartu pelajar, Lynn bertemu dengan Grace (Eisaya Hosuwan) yang kemudian menjadi sahabatnya. Grace yang tidak pintar, mengeluh pada Lynn mengenai peraturan baru untuk bisa bergabung dengan drama sekolah; harus memilik GPA diatas 3,25. Grace pun meminta Lynn untuk mengajarinya. Meskipun awalnya enggan, Lynn akhirnya luluh ketika Grace memanggilnya “Mentor Lynn”. Pada hari ujian tiba, soal ujian ternyata sama persis dengan soal yang diajarkan Lynn. Namun, Grace tetap tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Sebagai “teman yang baik” Lynn kemudian menuliskan jawabannya di penghapus dan memberikannya kepada Grace.

Grace pun akhirnya mendapatkan GPA 3.87. Untuk merayakan keberhasilan itu, Grace mengajak Lynn untuk menuju tempat Pat (Teeradon Supapunpinyo), pacar Grace. Berbeda dengan Lynn yang berasal dari keluarga biasa dan hanya tinggal dengan Ayahnya yang juga seorang guru, Grace dan Pat berasal dari keluarga kaya raya. Dari sinilah kemudian aksi Lynn yang semula hanya untuk membantu sahabatnya, berubah menjadi ladang uang.
Pat pacar Grace mengajukan penawaran kepada Lynn untuk juga “membantunya” karena ayahnya berjanji akan membelikan mobil baru jika ia tidak gagal di semester ini. Pat akan membayar Lynn 3000 bath per pelajaran dan per orang, karena ia masih punya 5 orang temannya yang juga ingin menggunakan “jasa” Lynn.
Kunci Piano sebagai Strategi Mencontek
Lynn pada awalnya ragu untuk “membantu” teman-temannya itu. Namun mengetahui ayahnya harus membayar 200 ribu bath untuk membayar “tea money” –uang gedung, padahal ia mendapatkan beasiswa, Lynn pun merasa dicurangi sekolah. Lynn yang sakit hati dengan kebijakan sekolah yang meminta “tea money” diluar tuition fee kepada para siswa, akhirnya setuju membantu teman-temannya itu. Menggunakan metode gerakan jari bermain piano, Lynn memberikan kode jawaban A,B,C, D kepada teman-temannya saat ujian. “Les Piano Mentor Lynn” pun semakin terkenal di sekolah, dan semakin banyak siswa lain yang ingin mendapat “les piano Lynn”.

Munculnya si Jujur
Kecurangan yang dilakukan Lynn dan teman-temannya berhasil. Lynn mendapatkan uang, teman-temannya mendapatkan nilai bagus. Namun semua berakhir ketika hadir Bank (Chanon Santinatornkul), anak jenius dari kelas lain di sekolah itu. Ia adalah rival Lynn. Ketika mereka melakukan ujian bersama campuran dari berbagai kelas, Bank melaporkan temannya yang dinilai berusaha mencontek Lynn. Bank tidak tahu jika Lynn memang sudah seharusnya memberi jawaban kepada temannya itu karena dibayar.
Laporan Bank kepada pengawas ujian ternyata berakibat pada terbongkarnya kecurangan yang dilakukan Lynn dan teman-temannya. Lynn pun tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk meraih beasiswa. Beasiswa yang semula memang harus diperebutkan diantara Lynn dan Bank sebagai perwakilan sekolah setelah memenangkan perlombaan cerdas cermat Teen Genius.

Mencurangi Ujian Internasional
Meskipun kecurangannya di sekolah telah terbongkar, Lynn kembali ditawari Grace untuk bisa “membantunya”. Kali ini, untuk ujian STIC – semacam SAT, tes untuk masuk universitas di Amerika Serikat. Orang tua Pat yang mengetahui nilai-nilai Pat semakin meningkat semenjak dekat dengan Grace (padahal hasil membayar Lynn), memberikan penawaran kepada Grace untuk mau melanjutkan sekolah di Boston University bersama Pat.
Lynn yang semula sudah hampir berubah pikiran untuk enggan membantu Grace dan Pat lagi, akhirnya justru menemukan cara bagaimana menyusun strategi untuk bisa “membantu” Grace dan Pat. Dari sinilah kemudian kisah kecurangan bertaraf internasional yang dilakukan Lynn dan teman-temannya dimulai, bahkan melibatkan Bank, si jenius yang dulu melaporkan kecurangan Lynn.

Tak Kalah dari Film Hollywood
Bad Genius berasal dari rumah produksi GDH559, pecahan dari rumah produksi GMM Thai Hub(GTH). Jika sudah sering nonton film-film Thailand, pasti sudah nggak asing lagi dengan rumah produksi tersebut. Film-film produksi mereka seringkali mendapatkan perhatian dunia. Hal ini juga berlaku bagi Bad Genius. Film ini bahkan menjadi film Asia Tenggara pertama yang membuka New York Asian Film Festival (NYAFF) 2017 Juni lalu.
Bad Genius merupakan film Thai pertama dengan topik seperti ini yang saya tonton. Mungkin saya bias karena saya suka film-film heist begini, tapi film ini nggak kalah dengan film-film heist bikinan Hollywood. Sungguh film ini cantik sekali. Setiap frame berhasil menggambarkan karakter dan situasi yang sedang terjadi. Bahkan alunan musik klasik yang harusnya menenangkan pun berhasil menambah ketegangan di film ini.
Meskipun mengangkat topik yang cukup kontroversi, sang sutradara Nattawut Poonpiriya nggak takut bikin orang dapat inspirasi untuk melakukan kecurangan saat ujian seperti di film. Menurut Poonpiriya justru sebaliknya, penonton akan melihat nilai apa yang ingin ia sampaikan melalui film ini.
Dan kalimat dari Teeradon Supapunpinyo pemeran Pat dalam sebuah interview ini cukup menjawab nilai apa yang ingin disampaikan film Bad Genius:
“If you do cheat in [real life], you need to prepare for the consequences that will follow.”
Akan selalu ada konsekuensi dari setiap perbuatan yang kita lakukan. Meskipun pada akhirnya persoalan baik dan buruk tergantung dari sisi mana kita lihat sih, karena setiap orang kan punya alasan untuk setiap perbuatan yang ia lakukan.
Aku udah nonton ini. Malah takut sendiri pernah nyontek. Huhu
Haha salah satu dosa yg dilakukan hampir semua orang di masa sekolah ya mbak mencontek.